Beranda | Artikel
Menghibur Anak Ketika Sakit
3 hari lalu

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Menghibur Anak Ketika Sakit ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 19 Rabiul Awal 1446 H / 23 September 2024 M.

Kajian Tentang Menghibur Anak Ketika Sakit

Jangan terkejut jika sebuah perusahaan yang produknya sangat digemari, terutama oleh ibu-ibu, bisa bangkrut. Misalnya, pabrik yang memproduksi wadah makanan dan minuman yang sangat terkenal. Ketika produknya tertinggal, anaknya bisa dimarahi, bahkan bapaknya juga. Namun, perusahaan itu tetap bisa bangkrut. Sesuatu yang telah mencapai puncak kejayaan suatu saat akan turun secara bertahap.

Inilah hakikat kehidupan. Tidak ada orang yang selalu sehat, pasti suatu saat ia akan sakit. Tidak mungkin seseorang selalu senang, suatu saat ia akan sedih. Tidak ada orang yang kenyang terus, suatu saat ia akan lapar. Rezeki pun tidak selalu lancar, ada saatnya seret. Perubahan keadaan ini dialami oleh siapa saja, baik orang tua maupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, pejabat atau rakyat biasa. Semua akan mengalami kondisi tersebut.

Kesehatan dan sakit bukan hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.

Apa yang harus dilakukan orang tua ketika menghadapi anak yang sakit? Tentu perasaan sedih pasti ada. Melihat orang dewasa sakit saja kita merasa kasihan, apalagi jika yang sakit adalah anak-anak. Biasanya, lebih mudah bagi orang dewasa untuk bersabar dibandingkan anak-anak. Mengapa demikian? Karena akal orang dewasa sudah lebih sempurna dibandingkan anak-anak.

Meskipun begitu, sebagai orang tua, kita harus tetap memberikan perhatian. Pada pertemuan berikutnya, kita akan membahas poin-poin yang lebih spesifik. Yang pertama, ketika anak sakit, dia perlu dihibur. Mengapa? Karena ketika fisiknya sakit, kondisi psikisnya juga terdampak. Psikis di sini maksudnya adalah kejiwaan, perasaan, suasana hati, atau kondisi psikologis.

Ketika seorang anak mengalami sakit fisik, misalnya kakinya berdarah akibat tersandung batu, bukan hanya kakinya yang terluka, tetapi juga perasaannya. Anak bisa menjadi murung. Bahkan jika penyakitnya lebih parah, seperti divonis gagal ginjal, itu adalah sakit fisik. Namun, apakah perasaannya terpengaruh? Tentu sangat terpengaruh. Semangat hidupnya bisa menurun drastis, bahkan sampai mengatakan bahwa ia lebih baik mati. Pada akhirnya, kematiannya bisa disebabkan bukan hanya karena sakit ginjalnya, tetapi karena perasaannya yang hancur.

Menghadapi orang yang sakit, bukan hanya fisiknya yang perlu diperhatikan, tetapi juga kondisi psikologisnya. Dari sini, kita bisa memahami mengapa anak yang sakit harus dihibur. Tujuannya adalah menjaga kestabilan kondisi psikis dan psikologisnya. Karena jika fisiknya sakit dan perasaannya ikut terganggu, proses penyembuhannya akan semakin sulit.

Saya sering mendengar dokter mengatakan, “Bu, Pak, obat ini hanya sekian persen. Yang lebih penting dari itu adalah suasana hati, optimisme, dan semangat hidup bapak/ibu.” Dokter selalu menyampaikan bahwa kondisi psikologis seseorang yang terpuruk akibat sakit fisik akan memperlambat proses penyembuhan.

Contohnya, ada dua pasien dengan penyakit yang sama. Namun, yang satu semangat untuk sembuh, sementara yang lain berkeinginan cepat mati. Pada akhirnya, yang lebih cepat meninggal biasanya adalah yang ingin cepat mati, meskipun penyakitnya sama.

Oleh karena itu, langkah pertama yang harus kita lakukan ketika anak sakit adalah menghiburnya. Pertanyaannya, bagaimana cara menghibur anak? Sebagian orang berpikir bahwa memberikan HP atau memenuhi segala keinginannya adalah cara menghibur. Apakah ini yang dimaksud dengan menghibur?

Pertama, memberinya motivasi untuk bersabar

Ketika anak sakit, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberinya motivasi untuk bersabar. Anak perlu diajari bahwa sakit yang dialami adalah takdir dari Allah. Kita bisa menjelaskan kepada anak bahwa yang menakdirkan sakit adalah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jika anak bertanya mengapa Allah yang Maha Pengasih memberikan sakit, kita bisa menjelaskan bahwa setiap takdir Allah, baik yang menyenangkan maupun tidak, pasti memiliki hikmah.

Di antara hikmahnya adalah, sakit dapat menjadi sarana untuk mengangkat derajat di surga atau mengurangi dosa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, dan menurut Syekh Al-Albani hadits ini shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ قَالَ أَبُو دَاوُد زَادَ ابْنُ نُفَيْلٍ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى

“Sungguh ada seorang hamba yang telah ditakdirkan oleh Allah akan menempati derajat yang tinggi di surga, tetapi amalannya tidak cukup untuk mencapai derajat itu. Maka Allah memberikan ujian-ujian yang mengenai tubuhnya (berupa sakit), kehilangan harta, atau cobaan pada anaknya. Dengan ujian tersebut, Allah menjadikannya sabar hingga ia mencapai derajat yang telah Allah tetapkan baginya.” (HR. Abu Dawud)

Maka dari itu, ketika kita diberi ujian oleh Allah, termasuk sakit, jangan berprasangka buruk (su’udzan) kepada Allah. Sebaliknya, kita harus husnudzan (berprasangka baik), karena bisa jadi Allah ingin mengangkat derajat kita di surga melalui ujian tersebut. Selain itu, sakit juga bisa menjadi cara untuk menghapus dosa. Dosa manusia banyak, dan salah satu cara Allah membersihkan dosa adalah dengan memberikan sakit.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menjenguk seorang sahabiyah bernama Ummul ‘Ala Radhiyallahu ‘Anha. Beliau berkata kepadanya,

أَبْشِرِي يا أُمَّ العَلاءِ ، فإنَّ مَرَضَ المسلمِ يذهبُ اللهُ بهِ خَطَاياهُ، كما تُذْهِبُ النارُ خَبَثَ الذَّهَبِ و الفِضَّةِ

“Bergembiralah Wahai Ummul ‘Ala, ketahuilah bahwa seorang Muslim yang sakit, dosa-dosanya akan digugurkan oleh Allah, seperti api yang membersihkan emas dan perak dari kotoran.” (HR. Abu Dawud)

Oleh karena itu, ketika seseorang sakit, hendaklah ia berprasangka baik bahwa Allah sedang membersihkan dosanya. Jika dosa sudah bersih, tempatnya adalah di surga. Maka, lebih baik kita dibersihkan di dunia daripada harus dibersihkan di akhirat melalui siksa neraka. Dan salah satu cara Allah membersihkan dosa adalah dengan memberi kesempatan untuk bertaubat, yang tidak menimbulkan penderitaan. Namun, jika seseorang jarang bertaubat, Allah mungkin memberikan sakit sebagai bentuk kasih sayang-Nya agar dosa-dosa tersebut terhapus.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mencontohkan betapa pentingnya taubat, di mana beliau bertaubat setiap hari sebanyak 70 hingga 100 kali. Maka, salah satu alternatif agar dosa-dosa kita dibersihkan tanpa sakit adalah dengan bertaubat.

Kesimpulannya, ketika seseorang sakit dan sabar menghadapinya, derajatnya akan diangkat dan dosa-dosanya akan dihapus. Namun, jika seseorang tidak sabar, ia akan mengalami kerugian ganda: sakitnya tidak menghasilkan pahala, dan dosanya pun tidak diampuni. Sebaliknya, sabar dalam menghadapi sakit akan meringankan penderitaan dan memberi tambahan pahala.

Inilah cara menghibur anak yang sakit—memberi motivasi untuk sabar dan memberikan pengertian bahwa sakit adalah bagian dari kasih sayang Allah.

Kedua, menumbuhkan optimisme

Cara kedua untuk menghibur anak yang sakit adalah dengan menumbuhkan optimisme. Apa itu optimisme? Optimisme adalah harapan untuk sembuh. Hal ini berkaitan dengan kondisi hati dan jiwa. Anak yang sakit perlu ditumbuhkan harapan sembuhnya, seperti, “Tidak parah, insya Allah sebentar lagi akan sembuh.” Hal ini memberikan semangat positif.

Kita juga harus memperhatikan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menjenguk orang sakit. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menuturkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, di mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu ketika menjenguk orang sakit. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang sakit tersebut adalah seorang Arab Badui. Nabi kemudian mendoakan orang itu dengan berkata:

لَا بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Tidak apa-apa, insyaAllah penyakit ini akan menjadi pembersih (dari dosa-dosamu), jika Allah berkehendak.” (HR. Bukhari)

Ucapan ini menunjukkan betapa pentingnya menumbuhkan optimisme. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menakut-nakuti orang sakit dengan mengatakan hal-hal buruk. Sebaliknya, beliau memberikan harapan agar orang sakit merasa lebih baik dan yakin akan kesembuhan. Optimisme inilah yang harus ditumbuhkan kepada orang yang sedang sakit.

Dalam sebuah kejadian nyata, anak saya pernah mengalami kecelakaan sepeda yang cukup parah. Namun, ketika saya melihat lukanya, anak saya tetap berkata, “Tidak apa-apa.” Meskipun saya khawatir, dokter juga mengonfirmasi bahwa luka tersebut tidak serius dan hanya perlu dikompres. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya sikap optimis dalam menghadapi cobaan.

Orang Arab Badui yang didoakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi dia justru berprasangka buruk terhadap penyakitnya, mengatakan bahwa demam tersebut adalah tanda kematian yang mendekat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda bahwa jika itu prasangka yang dia miliki, maka itulah yang akan terjadi. Ini menunjukkan pentingnya prasangka baik kepada Allah, sebagaimana dalam hadits qudsi Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku terhadap-Ku” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika kita berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan memberikan kebaikan kepada kita. Sebaliknya, jika kita berprasangka buruk, Allah akan memberikan yang buruk sesuai prasangka kita. Jadi, ketika ada orang sakit, janganlah mengatakan hal-hal yang membuatnya pesimis. Sebaliknya, beri harapan seperti, “InsyaAllah, sembuh,” “InsyaAllah, panjang umur dalam ketaatan,” atau “InsyaAllah, berkah.” Inilah yang diajarkan dalam agama kita.

Kesimpulannya, untuk menghibur anak yang sakit, yang pertama adalah ajarkan kesabaran, dan yang kedua, tumbuhkan optimisme.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54505-menghibur-anak-ketika-sakit/